Jumat, 21 Februari 2014

JURNALIS SEHARI; Rihlah Bersama JPRM Korannya Orang Madura



Hamparan bumi Bangsereh menyambut dengan kesejukan alamiahnya, sebaris kabut terlentang memanjang menyelimuti bukit utara SMP Negeri 2 Sepulu. Helaian daun pohon Mahoni melambai tersisir angin sebelah timur gedung sekolah. Mentari sepertinya masih enggan beranjak dari peraduannya, atau mungkin masih malu menatap satu dua tiga bidadara-bidadari yang mulai berdatangan dan masih segar-segarnya di pagi hari, sehingga ia masih betah mengintip seraya bersembunyi di balik deretan pepehonan.
Kalender Masehi menunjukkan tahun 2014, bulan Pebruari tanggal 19. Bertepatan dengan hari Rabu Wage. Hari dihelatnya kegiatan Pelatihan Dasar Jurnalistik, Bengkel Jurnalis Muda (BEDA) Pelajar 2014 yang diselenggarakan oleh JPRM (Jawa Pos Radar Madura) bekerja sama dengan MKKS SMP Negeri se-Kabupaten Bangkalan.
Sebelum berangkat menuju lokasi, terlebih dahulu rombongan peserta delegasi SMP Negeri 2 Sepulu sowan kepada Bapak Syamsul Arifin, S.Pd.I (yang akrab disapa Pak Ripen) selaku orang yang pernah menggeluti profesi kewartawanan. Mengingat petuahnya dalam hal pewartaan juga kami butuhkan sebagai prolog untuk acara yang akan digelar disana nantinya.
Delegasi yang beranggotakan lima orang tersebut; Anisatul Khoiriyah, Abdus Salam, Nur Islamiyati, Mu’ammar, dan Putri Rohmah; penuh khidmat mendengarkan Taushiyah dari guru yang pernah menyabet guru favorit se-SMP Negeri 2 Sepulu ini. Tentang apa saja yang perlu dilakukan, ditaati, dan dilaksanakan mulai dari pemberangkatan hingga kepulangan, lebih-lebih yang berkenaan dengan isi materi jurnalistik itu sendiri yang nantinya diharapkan para peserta bisa memanifestasikan dan menerapkan ilmu yang sudah diperoleh ketika sudah kembali ke sekolah.
Bapak yang mempunyai nama akun Facebook; Arei Ningrat ini juga mengharapkan kepada para peserta untuk bertanggungjawab kepada diri mereka sendiri, dari rumah pergi ke sekolah hingga ke Bangkalan berangkat dengan “utuh”, maka pulangnya pun harus tetap “utuh”. Artinya mereka tidak boleh kocar-kocar nglencer tanpa izin dan restu dari Bapak Pendamping; Anwar Nuris, S.Pd.I. Taushiyah selesai, tibalah saatnya pemberangkatan. Anggota rombongan diantar honda (Red. Sepeda motor) menuju Pasar Ahatan Sepulu dan selanjutnya akan “ngecer” naik angkot Carry ke Bangkalan.
Rombongan pengantar calon jurnalis muda SMP Negeri 2 Sepulu ini sudah sampai di Pasar Ahatan. Jarum jam masih meniti angka 07.35 WIB. Satu setengah jam lagi mungkin acara dimulai, relatif masih lama. Meskipun demikian, terlihat pada gurat wajah para peserta ini rasa penasaran dan ingin tahu acaranya apa, bentuknya seperti apa, pematerinya siapabahkan mungkin saja sebagian ada yang berpikir; semoga dapat TTM (teman tapi mesra) baru, tanpa harus meninggalkan yang lama. Hehe. Tapi yang jelas alamat lokasi acara tersebut belum tahu secara pasti dimana tempatnya. Duh...!
Terkecuali Mu’ammar, siswa kelas VII A ini terlihat seperti bimbang dan resah. Dibanding dengan teman-teman peserta yang lain, wajahnya agak kusut, matanya nanar, dan yang pasti; Galau. Usut-usut punya usut, bukan karena abis diputusin pacar, ternyata dia phobia dengan yang namanya kendaraan roda empat dan atau lebih (termasuk Odong-Odong kalee..!), tapi untuk roda dua tidak (sepeda motor), lha wong ke sekolah dia pake sepeda motor. Nggak apa-apa, salah satu sifat manusiawi, Bapak Pendamping pun juga begitu, tapi phobia-nya cuma dengan kendaraan tanpa roda alias perahu, Hi..!.
Perjalanan satu jam setengah tidak terasa, mungkin keenakan berdiskusi dengan sopir yang kebetulan tetangga rumah Bapak Pendamping; Kak Latif Marjan. Selama perjalanan Ahatan Sepulu – Kodim Bangkalan menemukan beberapa peristiwa unik. Misalnya; ada salah satu penumpang perempuan tua tidak tahu tujuan, posang kabbhih bede, sopirnya pun juga ikut-ikutan bingung, mau diturunkan dimana tuh penumpang, bahkan sempat gero antara sopir dan penumpang. Dengan kebaikan sopir, akhirnya masalah tersebut bisa terpecahkan dan penumpang tersebut menemukan tempat yang memang dia dituju.
Tidak hanya peristiwa tersebut, Mu’ammar pun akhir KO..!, 1-0, leemmmees bro...!, merem-melek di pundak Abdus Salam. Siswa kelas VII B ini harus “ikhlas” memberikan pundak kirinya pada Mu’ammar sebagai bantal. Mereka berdua berada ditempat duduk deretan bangku ke-dua, dibelakang sopir.
Anggota rombongan yang lain?. Ternyata para srikandi; Hoi, Putri, dan Nur yang ketika itu berada di deretan bangku paling belakang sepertinya sedang berasyik-masyuk dengan kaca. Mbok...!!, dolala...! berdandan ria kado’. Maklum perempuan, memang harus tampil cantik dan perfeksionis. Siapa ada tahu cowok kepincut. Tidak apa-apa.. tidak boleh kemudian minder karena diberitakan seperti itu.. lha wong ini “berita”, dan berita harus berdasar pada fakta (peristiwa yang benar-benar terjadi). Iya khan..?!. Lo’ parcajeh tanya ka Pak Mujek Gionino atau RA. Selvi Andriani.
Menemui beberapa peristiwa unik dalam mobil Carry selama perjalanan menjadikan waktu seperti berjalan lebih cepat. Tidak terasa sudah masuk kota Bangkalan, teringat pada kasus penumpang tadi yang tidak tahu tujuan, kami pun dilanda bingung, juga tidak tahu acara tersebut berlokasi dimana dan alamat lengkapnya dimana. Kepala Sekolah (Bpk. Totok Gunarto, S.Pd., M.Pd) pun hanya memberikan ancer-ancer sederhana.
Kami menemui permasalahan tentang keberadaan tempat, akhirnya Bapak Pendamping berinisiatif menghubungi beliau via telpon, HP sudah ditangan dan siap menelpon, tapi diurungkan seraya berpikir. Masa’ masalah kecil seperti ini harus mengadu pada kepala sekola segala. Tidak kah Kami bisa memecahkannya. Lha wong sudah dikasih ancer-ancer, tinggal mengembangkannya. Manja amat sih..!. Masa’ orang Bangkalan tidak Tahu Aula Kodim. Akhirnya diputuskan untuk tidak menghubungi beliau lagi dan kami bekerja sama dengan sopir mencari lokasinya.

***

Setelah landing di depan Kodim 0829 Bangkalan, tolah-toleh mencari umbul-umbul kegiatan, tidak ketemu. Ternyata baru kelihatan dari jauh umbul-umbul memanjang di atas jalan karena terpasang agak ke dalam. Langsung sopir tancap gas membawa Carry-nya ke depan Aula. Kami turun kayak ayam pindah kandang, tolah-toleh kesana kemari, bukan karena n-katrok atau pun ndeso lho..!, tidak lain karena sejak tadi di dalam angkot terasa pengap dan akhirnya bisa menghirup udara segar, disamping juga liat-liat mungkin ada teman atau orang yang Kami kenal.
Ternyata benar, didalam Aula Kodim yang biasa disebut dengan Gedung Manunggal Jl. Letnan Abdullah ini Bapak Pendamping bertemu dengan orang-orang yang dikenal. Langsung disambut dengan jabatan tangan oleh Bapak H. Edi Hariyadi (disamping menjadi Ketua MKKS SMP Negeri Se-Kabupaten Bangkalan juga Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Bangkalan) yang memang sebelumnya sering bertemu di MGMP PAI Mandiri SMP Kabupaten Bangkalan yang biasa dilaksanakan di sekolah beliau bertugas. Setelah itu beliau juga memperkenalkan “ini lho pimpinan umum Radar Madura..” sambil berisyarat pada M. Tojjib yang ketika itu berada disamping beliau.
Setelah Bapak Pendamping melakukan chek in di panitia pelaksana yang menyambut di pintu masuk aula, dan membagi-bagikan konsumsi (kue) pada lima peserta tadi, kami mencari tempat duduk yang pas dan strategis, tidak terlalu jauh dari panggung dan layar slide dan juga tidak terlalu di depan. Sebab kami analisis tata ruang aula, jika terlalu di depan maka kami akan sakit leher karena susah payah mendongak, mengingat panggung yang lebih tinggi. Dan jika terlalu dibelakang maka tidak akan kelihatan dengan jelas siapa saja pematerinya dan apa saja materinya.
Meskipun demikian tata tempat duduk peserta cukup bagus. Di buat berkelompok, setiap kelompok berhadap-hadapan dengan satu meja memanjang di tengah-tengah dengan rata-rata berisi 10-16 kursi yang nantinya di isi oleh peserta berikut guru pendampingnya. Dan Kami kebetulan satu kelompok dengan delegasi dari SMP Negeri 1 Labang. Guru Pendampingnya, yang kebetulan seorang ibu-ibu, sempat bertanya pada kami;
Lho...ini kok 5 peserta Pak? Biasanya kan 4 anak dan 1 pendamping per sekolah Pak? Tuh jadi nggak cukup kursinya jika sama guru pendampingnya”.
Kan benar Bu, tuh pas dengan jumlah kursinya anak-anak, pendamping nanti bisa pakai kursi panitia di belakang. Hehe..!” Jawab kami santai.
Ya memang sejak chek in tadi, Bapak Pendamping memperhatikan delegasi setiap sekolah memang dapat jatah konsumsi lima; 4 peserta didik dan 1 pendamping. Giliran delegasi dari SMP Negeri 2 Sepulu kok membawa 5 prajurit plus satu komandan ya...?!. Jadinya kan enam. Ya dari pada bertanya “konsumsinya kok lima” terus salah satu di antara Kami pah e soro mule bi’ panitia karena telah menyalahi prosedur kepesertaan, mending diam saja, Bapak Pendamping yang la-ngalaen. Diam bukan berarti kalah, diam karena untuk menang. Dan memang benar, setelah sesi materi ke dua Bapak Pendamping berlaga sok kenal cha-mabharanca dengan salah satu marketing Radar Madura Jawa Pos; Mas Syahid, dan akhirnya dapat deh kuenya. Mun lakar rizqih lo’ kera buru man-kamman.
Itulah sekilas catatan berkenaan dengan kebutuhan skunder.

***

Sedangkan hal lain yang lebih penting dari sekedar urusan perut adalah yang berkenaan dengan materi. Angka jarum jam sudah menapaki angka 09.04 WIB. Mas Bagus Tri Handoko selaku pembawa acara memulai tugasnya menata acara demi acara.
Acara pertama yaitu pembukaan dengan mengheningkan cipta mengenang jasa para pahlawan dipimpin langsung oleh penata acara. Dilanjutkan dengan acara yang kedua yaitu sambutan-sambutan yang dimulai dengan sambutan yang pertama yaitu disampaikan oleh Bapak M. Mohni (Kepala Disdik Kabupaten Bangkalan).
Dalam sambutannya beliau menyampaikan beberapa petuah dan harapan agar kegiatan Pelatihan Dasar Jurnalistik tersebut tidak hanya sekedar sampai ketika itu saja, tetap berkelanjutan di masing-masing sekolah dan bisa diterapkan dalam bentuk pembuatan media sekolah.
Beliau juga menyampaikan bahwa media sudah berkembang dengan cepat, khususnya kecepatan dan kemudahan mengkonsumsinya, contohnya saja media online. Oleh karena itu sudah saatnya sekolah mampu melahirkan wartawan-wartawan cilik, mengingat siapapun bisa jadi wartawan. Meskipun menjadi seorang jurnalis tidak cukup karena bakat, tapi juga keinginan belajar jurnalistik.
Sambutan berikutnya disampaikan oleh Dandim Letkol Infantri Bapak Dwi Kuncoro sebagai penyedia sarana berupa tempat kegiatan yang sedang berlangsung. Dalam sambutannya beliau berharap terhadap peserta agar menjadikan kegiatan tersebut sebagai pengalaman awal dalam menempa diri dalam ilmu jurnalistik dan bisa menindaklanjutinya dalam bentuk pembuatan media sekolah nantinya. Beliau juga atas nama Jajaran Kodim siap menyediakan tempat kembali jika memang diperlukan dikemudian hari.
Dilanjutkan dengan sambutan yang ketiga disampaikan oleh M. Tojjib. Beliau menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Bangkalan, MKKS SMP Negeri se-Kabupaten Bangkalan, Kodim 0829 Bangkalan, Kepala Sekolah-kepala sekolah SMP Negeri se-Kabupaten Bangkalan, Guru Pendamping peserta, dan pihak-pihak terkait lainnya.
General Manager Jawa Pos Radar Madura ini juga menjelaskan salah satu fungsi sosial dan pendidikan media bagi masyarakat yaitu dalam bentuk program mencerdaskan putra-putri bangsa dalam hal jurnalistik. Oleh karena itu peserta didik tidak boleh ketinggalan zaman yang notabene sudah masuk era globalisasi yang sudah maju dalam hal teknologi informasi, yang salah satunya melalui media informasi. Media harus menarik agar digemari oleh pembaca, baik melalui kelihaian dalam ilustrasi gambar dan perwajahan (layout). Contohnya saja Mading sekolah, kalau menarik maka akan mengundang banyak pembaca, tapi kalau biasa-biasa saja dan tidak menarik maka orang akan lewat begitu saja.
Disamping itu, beliau atas nama JPRM siap sedia datang dan berbagi ilmu jika diundang oleh SMP-SMP di Bangkalan. Hal ini senada dengan harapan dan pesan beberapa kepala sekolah bahwa peserta harus benar-benar mengikuti materi demi materi agar kegiatan ini benar-benar bermanfaat. Selanjutnya sambutan beliau tutup dengan sebuah epilog; kita terbelakang dalam hal informasi, berarti kita telah gagal menggenggam dunia. Dan ketika sudah gagal memegang dunia berarti kita telah kalah.

***

Tepat jam 09.46 sambutan-sambutan telah usai, memasuki acara selanjutnya yaitu pemukulan gong oleh kepala Disdik Kab. Bangkalan; M. Mohni disambut tepuk tangan yang meriah sebagai tanda dimulainya acara inti.


Ahaa....!! seperti apa sih acara inti dari kegiatan pelatihan dasar jurnalistik ini?. Yaps..! Terdiri dari 4 (empat) materi yang masing-masing disampaikan oleh pemateri yang memang kapabel dan concern dalam pewartaan. Mereka berasal dari crew JPRM sendiri. Durasi penyampaian materi sekitar satu jam-an .
Yuk..! kita ikuti resume materi-materi yang mereka sampaikan.
Waktu sudah menunjukkan jam 10.00 WIB. Gaya kocak dengan postur tubuh yang gagah, jiwa mudanya berapi-api, suasana forum menjadi cair dibanding forum “resmi” sebelumnya. Dialah Feri Ferdiansyah, Pimpinan Redaksi JPRM.
Materi “perkenalan dengan Jurnalistik” disampaikannya dengan bahasa membumi; bahasa remaja. Pria berjenggot kinyis-kinyis ini menjelaskan secara gamblang apa itu jurnalistik. Jurnalistik adalah bahasa latin dan dalam bahasa inggris biasa disebut journal yang artinya “catatan harian” atau diary. Dan dalam perkembangannya, arti jurnal yaitu catatan harian yang dipublikasikan/disebarkan/memberitakan. Dan orang yang bertugas memberitakan disebut jurnalis.
Waw...! ternyata kita-kita ini tidak merasa bahwa sebenarnya sudah menjadi jurnalis. Bayangkan..!, kita sering menulis secuil, secarik, atau hanya sebaris kalimat catatan harian. Entah itu tentang perasaan senang, benci, duka putus asa, marah, kesel, suwebel, dan lain sebagainya, khususnya bagi kita yang sedang dilanda kasmaran, cinta monyet..idih..!! sampe pake asiaran d facebook..!, hayoo ngaku... siapa yang sering curhat di-FB...??!
Nah.. kita menulis sebuah kalimat yang tersusun dari beberapa kata, dan kita publikasikan via jejaring sosial (FB atau Twitter), berarti secara tidak langsung sebenarnya kita sudah layak disebut sebagai jurnalis. Hebat....!
Itulah terminologi sederhana tentang jurnalistik yang dipaparkan oleh Mas Feri. Disamping itu dia juga menjelaskan tentang “berita” yang dalam bahasa inggrisnya biasa kita kenal dengan “news”, atau ada juga yang menafsiri berasal dari kata “new” yang berarti baru. Berita yang menarik adalah pasti tentang sesuatu yang baru terjadi/aktual. Kalau sudah usang, siapa yang mau membaca..?.
Ada juga yang menafsiri berita (news) merupakan sebuah akronim dari empat penjuru mata angin; N=north, E=east, W=west, S=south. Maksudnya adalah bahwa dimanapun, dari arah manapun, semuanya mengandung banyak kejadian atau peristiwa yang bisa kita jadikan berita atau kita beritakan pada orang lain.
Selain itu, Mas Pimred juga sedikit menyentil tentang kode etik jurnalistik, syarat sebuah berita (5W+1H), penulisan berita (piramida terbalik), cara mudah menjadi penulis, dan sebagainya.
Di akhir materi, dia curhat tentang riwayat kehidupan pribadinya, sejak masih anak-anak, dewasa, hingga masa-masa terdampar di IDIA PP. Al-Amin Prenduan Sumenep, aktifitasnya di LPM (Lembaga Pers Mahasiswa) di kampusnya, hingga karirnya sebagai Pimpinan Redaksi di koran Radar Madura Grup Jawa Pos. Bahwa kekayaan dan hereditas (nenek moyang) tidak bisa menjamin seseorang bisa meraih cita-cita, karena Mas Feri sendiri berasal dari keluarga pas-pasan.
Selanjutnya adalah sesi pertanyaan berkenaan dengan materi ini. Waw..! sesi mendebarkan, banyak penjelasan materi yang tidak dipahami, banyak yang ingin ditanyakan, tapi tidak tahu bagaimana menanyakannya. Belum lagi gemeteran pegang microphone berdiri di depan peserta lain yang begitu bwanyaknya. Tak PeDe-lah...!.
Hah...! justru yang tampil pertama kali adalah sekolah dari gunung nun jauh disana, tapi bukan SMP Negeri 210 Bangkalan lho..!, melainkan ia adalah Sutila, siswi SMP Negeri 1 Kokop. Dia cukup PeDe.. pinter, dan tentu uwayuni nduk.., cantik, hem.... pah penasaran yang baca ya..!?. Sare dhibi’ kassa’...?!.
Setiap sesi pertanyaan dan atau bagi yang tampil diminta untuk memperkenalkan diri terlebih dahulu; nama, asal sekolah, kepala sekolah, dan guru pembimbing yang mendampingi.

***

Jam sudah menunjuk angka 11.08 WIB, waktu semakin beranjak tua, dan tibalah saatnya materi yang kedua yaitu tentang permasalahan teknis pewartaan, meliputi pencarian fakta, wawancara, hingga penulisan berita. Sekilas dijelaskan juga macam-macam tulisan dalam suatu media, diantaranya adalah artikel dan opini dengan masing-masing jenisnya.
Yang didaulat memaparkan materi ini adalah Mas Hariyanto; koordinator liputan JPRM. Agak berbeda dengan pemateri sebelumnya (Mas Feri Ferdiansyah), dia santai dan sangat khas dengan gaya bahasa yang begitu laonan. Berhubung ini adalah materi agak teknis, dia mengambil metode praktek langsung. Lagi-lagi ini menjadi ajang unjuk ke-PeDe-an bagi para peserta. Dia meminta delegasi mana yang siap maju ke depan mempraktekkan langsung teknik wawancara.
Ups.....!!, lagi-lagi SMP Negeri 1 Kokop yang berani unjuk muka maju ke depan. Kali ini Sutila tidak sendirian, ia ditemani Bustomi maju ke depan. Sambutan aplause (tepuk tangan) riuh peserta lain menggema di seantero ruangan mengapresiasi ke-PeDe-an mereka berdua. Setelah diberikan arahan oleh fasilitator mereka langsung mempraktekkan wawancara. Tema yang dipilih adalah Laka Lantas (Kecelakaan Lalu Lintas). Sutila berperan sebagai wartawan mengajukan beberapa pertanyaan kepada Bustomi yang berperan sebagai Kabid Humas Kepolisian sebagai informan.
Mas Hariyanto memberikan apresiasi terhadap mereka berdua yang telah mempraktekkan layaknya wartawan dan informan beneran.
“Saya kalah dengan dua anak ini, kenapa? Karena ketika dulu saya masih seumuran mereka, saya tidak seberani mereka sekarang. Bagus...!” begitulah  kalimat apresiasi Mas hariyanto pada mereka disambut tepuk tangan yang begitu meriah.
Tidak hanya SMP Negeri 1 Kokop yang berani unjuk hidung maju ke depan mempraktekkan teknik wawancara. Duet SMP Negeri Tanjung Bumi dan SMP Negeri Modung juga unjuk kebolehan mempraktekkan teknik wawancara tersebut di hadapan peserta dengan tema Olah Raga.
Sesi praktek selesai tibalah saatnya sesi diskusi dan tanya jawab, Wa...! rupanya SMP Negeri 2 Sepulu punya unek-unek yang hendak diluapkan dalam bentuk pertanyaan juga. Weleh-weleh..! sayangnya pemateri membatasi hanya 2 penanya saja. Keburu lo’ nyapo’ pole se atanya’ah..!.

***

Jam sudah menunjukkan angka 12.16 WIB, tibalah saatnya ishoma (istirahat sholat makan). Bennnnaaar!!!, peserta lemas, lapar, BT. Khususnya dari SMP Negeri 2 Sepulu, Ha.!. Kemudian MC menginformasikan acara akan dilanjutkan jam 13.00 WIB setelah sholat dan makan, dan kepada guru pendamping untuk mewakili pengambilan konsumsi anak didiknya masing-masing.
Gurat lemas dan kusut pada wajah Mu’ammar, Abdus Salam, Putri Rohmah, Anisatul Khoiriyah, dan Nur Islamiyati menandakan ke-BT-an yang sudah memuncak karena sejak tadi duduk manis di ruangan. Mungkin juga karena lapar kalee... ya kan...?!. Tanpa pikir panjang Bapak pendamping segera menuju panitia pembagi konsumsi nasi.
E e e e e...!, ternyata disana sudah dijatah bungkusan kayak konsumsi kue pertama tadi, dibungkus kresek merah berisi 5 nasi kotak... Dolala....! alamat guru pendamping lo’ milo pole reh... Tidak apa-apa, yang terpenting anak-anak milo dulu.
Untuk mengencerkan otak yang sedikit beku dan BT karena sejak tadi berada dalam ruangan, akhirnya Kami sepakat menikmati konsumsi siangnya di luar ruangan sambil menghirup udara segar. Dipilihlah lokasi yang sejuk dibawah rimbunnya pepohonan lingkungan kodim, ada tempat santai cocok untuk makan lesehan Kami berenam.
Ayuk pah ngakan, mare, pah abhajang” Seru Bapak Pendamping.
Eh mereka “ogah” makan karena nasi kotaknya kurang satu; Bapak Pendamping nggak kebagian.
“Tore pak, pean juga, kita nggak mungkin makan kalau Bapak Pendamping tidak Makan” ujar Anisatul Khoiriyah setengah membujuk.
“Ya ya tunggu bentar tak ambil lagi ke panitia” tanggap Bapak Pendamping seraya bergegas menuju ke ruangan lagi. Hah... ternyata dipanitiapun hampir lo’ milo lagi, tinggal satu dua tiga kotak nasi lagi. Buru-buru menghampiri panitia yang bertugas.
“Mas Mas.. tu nasi ada yang punya nggak?, kelompok saya kurang satu” hatur Pak Anwar pada panitia.
“Ya ya silahkan” sambut panitia seraya memberikan satu kotak pada Bapak Pendamping.
Alhamdulillah, Tuh kan...! pasti ada saja cara menuju kenyang hehe..
“Ya ni dah dapat, yuk makan bersama..” Ucap Bapak Pendamping membuka acara makan bersama.
“Tore pimpin doa bersama” celoteh Nur Islamiyati dan Anisatul Khoiriyah.
Melihat Abdus Salam dan Putri Rohmah sudah membuka nasi kotak, ya Bapak Pendamping menjawab permintaan. “yuk kah berdoa sesuai dengan keyakinan masing-masing, dihati masing-masing” sambung Pak Anwar yang memang sudah memulai duluan.
Prosesi makan bersama berjalan lancar, ya pasti lancar dikarenakan memang sudah lapar. Sialnya, punya Nur Islamiyati tade’ cabbhina ngara. Niserra....!!
Selesai makan, Abdus Salam langsung semringah kembali dan bersemangat. Bukan semangat mau mengikuti materi selanjutnya. Eh... semangatnya malah berencana mau nglencer jalan-jalan di areal Kodim.
Ba... kakeh Dus, je’ man-kamman gillun, disini banyak senapan, pah bede peluru nyasar ge’en, atau pah elang e culik orang misalnya, pah engko’ kiya  se katempowan cong...!
Sedangkan Putri Rohmah dan Mu’ammar juga bersemangat, entah semangat mengikuti materi selanjutnya atau semangat pulang, nggak tau juga, entahlah..!.
 Setelah membereskan sampah dan membuangnya pada tempatnya, Bapak Pendamping tak sengaja bertemu di salah satu sudut lingkungan Kodim dengan Mas Yoyonk (Nur Rahmad Akhirulah, kru JPRM juga pemeteri selanjutnya), bincang-bincang santai ngalor-ngidul sok bharencah.

***

Selesai shalat dan dandan ala “srikandi”, jam sudah sampai 13.05 WIB pertanda acara akan dimulai. Maka Kami kembali ke aula untuk mengikuti materi selanjutnya yaitu tentang “Perwajahan media (Desain dan Layout) dengan pemateri Isbadiyatno (Layouter dan Copy Editor JPRM).
Secara garis besar, materi ini menjelaskan program aplikasi yang biasa digunakan Jawa Pos, keterkaitan antara keindahan layout dengan tingkat ketertarikan pembaca. Selain itu juga dipaparkan lugas oleh pemateri yang berbadan “sehat” ini yaitu tentang proses kerja redaksi meliputi; wartawan, redaktur, editor, dan layout. Begitu juga tata cara pemilihan foto, tata letak foto, dan lain sebagainya.
Materi ini selesai jam 13.45 WIB dan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Lagi-lagi hanya dibatasi dua penanya. Wah... kesempatan yang sempit ni...! dari pada tidak dapat jatah waktu lagi untuk bertanya. Akhirnya Nur Islamiyati, delegasi SMP Negeri 2 Sepulu memberanikan diri mengacungkan tangan meski agak malu-malu kambing. Disamping mungkin nggak tau yang mana yang mau ditanyakan.
Yach... akhirnya pemateri memberikannya kesempatan maju ke depan untuk menyampaikan unek-uneknya. Segenap peserta mengapresiasi keberanian cewek yang satu ini dengan iringan tepuk tangan dan aplause untuk SMP Negeri 2 Sepulu, Horaaa..... pakpakpakpak....!, kayak reng gu-toguh beih..

“Assalamu ‘alaikum Wr. WB, perkenalkan nama saya Nur Islamiyati, delegasi dari SMP Negeri 2 Sepulu, nama kepala sekolah saya Bapak Totok Gunarto, S.Pd, M.Pd, nama guru pendamping saya Bapak Anwar Nuris, S.Pd.I. disini saya akan bertanya.... bla... bla... bla....! Wassalamu ‘alaikum Wr. WB”
Wuih......!, pelafalan bahasa lancar, tanpa menunjukkan kekakuan dan rasa kikuk, penyebutan nama Kepala Sekolah dan guru pembimbing lengkap dengan gelarnya segala, (pola keng e apallagin sabellunna ye Nur..?!), hal ini memberikan nilai lebih dibanding dengan peserta yang lain. Sebab ada salah satu peserta tidak dari delegasi sekolah yang lain tidak tahu nama kepala sekolahnya, sehingga harus dibantu oleh guru pembimbingnya menyebutkan nama kepala sekolahnya.

Kesempatan untuk penanya kedua jatuh pada peserta delegasi SMP Negeri 1 Bangkalan. Anaknya masih kecil, mungil, tapi cerdas, dan gayanya penuh PeDe. Pertanyaannya berbobot menurut panitia kru JPRM karena berkenaan dengan hal yang prinsipil.
“Saya baca-baca Jawa Pos sempat ketemu iklan itu lho (Red. Tabu), kenapa Jawa Pos masih menampilkan kayak gituan bukankah jawa pos pembacanya tidak hanya orang yang tua-tua saja, tetapi yang muda dan anak-anak juga membacanya?”
Mablus....! waw....! membuat para kru JPRM harus mengernyitkan dahi disambut aplause meriah dari audien yang lain.

***

Ini adalah materi terakhir. Mas Nur Rahmad Akhirulah yang akrab disapa Yoyonk ini didaulat menyajikan materi tentang Media Sekolah. Dia dikenal oleh teman-teman kru JPRM yang lain sebagai “artisnya JPRM”.
Penampilannya memang nicis bin kinyis-kinyis, perfect, bersih, putih, dan tentu kutilang (kurus tinggi langsing), dengan dagu sedikit dibalut beberapa helai janggut menambah ke-machoa-annya sebagai kru yang masih muda. Jangan-jangan ada peserta yang nwaksier ni ye... gayanya menyampaikan materi kocak, lugas, dan bersahabat.. ditambah trik yang dia lakukan dengan membagi-bagi kaos bagi peserta yang bisa menjawab, bertanya, dan tampil unjuk gigi ke depan menambah semangat para peserta.
Hujan mengguyur bumi, dan selama satu jam (14.15 s.d. 15.06 WIB) Mas Yoyonk menyajikan materi tentang manfaat media sekolah, struktur dewan redaksi berikut alur kerjasamanya, rubrikasi, jenis-jenis media sekolah, hingga kendala-kendala yang biasa dihadapi suatu media sekolah. Materi ini berakhir tanpa ada sesi tanya jawab, mengingat waktu sudah beranjak petang.

***



Sebelum berangkat, ada jeda waktu sebentar Kami delegasi SMP Negeri 2 Sepulu menggunakannya untuk foto bareng dipanggung, dengan latarbelakang banner besar yang bertuliskan kegiatan yang sudah berlangsung. Bukti bahwa Kami adalah bagian dari para jurnalis Jawa Pos Radar Madura, koran harian yang pernah memenangkan Wan IFRA internasional.
E e e e e... ternyata kelompok Kami adalah perintis “narsis” bareng. Karena setelah itu delegasi dari sekolah-sekolah yang lain jadi ikut-ikutan naik panggung dan foto bersama juga. Kami malu-maluin? Biarkan saja, tak perlu dihiraukan, dari pada Kami menyesal dikemudian hari, tidak ada oleh-oleh yang bisa dibawa ke SMP Negeri 2 Sepulu lebih-lebih ke rumah masing-masing. Siapa dulu fotografernya???? Sayang sekali gak ada foto fotografernya sama sekali. Tidak apa-apa, yang penting kalian sudah mendapatkan yang terbaik itu sudah mewakili kebahagiaan sang fotografer. Hiks..hiks..hiks...

***

Acara selanjutnya yaitu kunjungan ke dapur redaksi JPRM, Jl. Halim Perdana Kusuma Bangkalan, depan jalan raya depannya Hypermat MATAHARI, disamping pintu masuk perumahan NILAM.
Mendengar kata “dapur redaksi” bukan berarti dapur yang biasa kita kenal (masak-memasak, banyak the letheng, dan lain sebagainya), Dapur Redaksi yang dimaksud adalah tempat segala aktifitas para kru media dalam memproses dan mengolah pewartaan hingga menjadi suatu berita yang layak terbit dan layak baca.
Rencana awal, Mu’ammar tidak perlu ikut serta ke kantor JPRM mengingat kondisinya yang belum fit benner dan rentan jika harus naik roda empat/lebih. Konsekwensinya adalah harus ada teman yang menemaninya di Kodim, solusinya adalah Abdus Salam yang menemani dan tidak perlu ikut juga ke lokasi.
Bapak Pendamping harus putar otak, bagaimana caranya agar anak-anak bisa ikut semua kesana. Ting...! hem ilham muncul; hubungi panitia mungkin ada yang bawa sepeda motor dan bisa membantu memboncengkan Mu’ammar. Ya ada, Mas Syahid dengan keramahannya siap sedia “membawa” Mua’ammar ke lokasi. Pria yang bertugas sebagai marketing JPRM ini cekatan dan langsung mengajak Mu’ammar ikut motor miliknya.
Selesaikah masalah!? Oh ternyata belum, lantas bagaimana pulangnya nanti ke SMP Negeri 2 Sepulu, tidak mungkin diikutkan mobil lagi. Aha.... setelah di-calling, Bapak Wakil Kepala Sekolah, Ainul Yakin, S.Pd siap menjemput ke lokasi JPRM dan mengantarnya ke SMP Negeri 2 Sepulu. Tetapi setelah beliau menyelesaikan urusannya terlebih dahulu. Kebetulan beliau ada keperluan di DISPENDUK, biasa Pak Charek..!, bukan Pak Charok lhe...!.
Ditengah-tengah gerimis ringan, tiga truk TNI sudah siap berangkat, para peserta dari berbagai delegasi sudah menaiki bok truk. Sesak, lo’ milo tempat duduk, masak harus berdiri?, tak carikan solusi supaya mereka bisa duduk juga, sebab Putri Rohmah kelihatannya lemas lunglai jika ada di bok belakang.
Setelah melakukan negoisasi dengan para sopir, akhirnya mereka mendapat tempat duduk empuk khusus di depan bersama sopir. Abdus Salam ada bersama sopir truk no. 2. Sedangkan Anisatul Khoiriyah, Putri Rohmah, dan Nur Islamiyati duduk di depan bersama sopir truk no. 3. Bapak Pendamping-nya dimana? Jangan-jangan ketinggalan, atau jangan-jangan gak ikut. Beliau ikut truk no. 2 tapi di bok belakang, naddhek pole. Kacian dech..!!!.

***

Setelah lima belas menit perjalanan akhirnya sampailah ke lokasi. Terpampang jelas memanjang di depan atap lantai dua tulisan Radar Madura Jawa Pos. Terdiri dari tiga lantai. Lantai dasar terdapat ruang tamu, ruang pimpinan, para kru, bidang resepsionis mungkin, dan lain-lain.
Masuk lihat-lihat isi ruangan sebentar, tiba-tiba muncul Mas Pimpinan Redaksi; Feri Ferdiansyah dari ruangannya, langsung Kami “culik” untuk foto bersama. Tapi sebelumnya sudah minta izin dulu lah, Aha... direstui pah langsung jeprat-jepret. Selesai dan terima kasih dihaturkan padanya. Lha...ta’ iye..! kelompok yang lain akhirnya juga ikut-ikutan minta Mas Feri foto bersama.
Incaran untuk narsis bareng tinggal satu, General Manager JPRM; M. Tojjib. Sambil menunggu beliau sebab tidak muncul sejak tadi, akhirnya Bapak pendamping mengurus terlebih dahulu sertifikat kepesertaan kegiatan di panitia. Ternyata sertifikat milik Mu’ammar tidak ada, karena memang belum tercetak.
Sambil menunggu keputusan panitia, Kami melanjutkan penjelajahan ke seluk-beluk kantor, dan ternyata diluar sana di sebrang jalan Bapak Yakin, S.Pd baru turun dari sepeda motornya, beliau menepati dawuh-nya untuk datang ke kantor JPRM (terima kasih pak, meski kami tahu Bapak Yakin juga belum fit benar alias masih sakit).
Setelah membantu mengarahkan ke tempat parkir milik kantor JPRM, Kami langsung mengajak jalan-jalan Bapak Wasek untuk ikut serta menjelajahi isi dan seluk beluk kantor.
Bersama beliau, Kami naik ke lantai dua.  Di sana Kami temukan ruangan yang didalamnya berjejer beberapa komputer berhadap-hadapan (kayak Lab. Komputer atau warnet lah). Komputer-komputer tersebut sudah ada pembagian tugas dan fungsinya, yang juga dioperasikan oleh kru sesuai dengan tugasnya masing-masing. Ada bagian layout teks, layout gambar, editing, copy writer, dan lain sebagainya. Ada satu meja pimpinan, disana menumpuk print out koran-koran yang siap dicek oleh pimpinan redaksi (Feri Ferdiansyah).
Menurut keterangan Pimpinan Redaksi; Alur secara umum produksi koran ini yaitu; jam 13.00 s.d. 16.00 para wartawan/reporter harus sudah mulai menulis dan menyusun berita minimal 4 (empat berita). Berarti sebelum jam tersebut harus turun lapangan untuk mencari fakta dilapangan sebagai data untuk penyusunan berita. Setelah selesai menyusun dan menuliskan beritanya, mereka menyetorkannya pada redaktur pelaksana minimal jam 16.00 untuk di cek isi beritanya, berlanjut ke copy editor bahasa untuk dicek tata penulisan dan tata bahasanya.


Baru kemudian masuk ke bagian layouter untuk dimasukkan ke dalam halaman koran, di atur tata letaknya sedemikian rupa, baik teks, gambar, ilustrasi, maupun yang berupa foto. Setelah itu diprint out dan masuk ke pimpinan redaksi untuk di cek kembali secara keseluruhan. Pimpinan redaksi disini sebagai hakim akhir apakah berita ini layak terbit atau tidak.


Setelah pimpinan redaksi memutusk  an layak terbit, maka jam 22.00 langsung dikirim dalam bentuk file ke kantor pusat percetakan di Graha Pena Jawa Pos di Surabaya. Kemudian dikirimkan kembali dalam bentuk koran siap baca ke berbagai daerah per kabupaten (untuk Radar Groups milik Jawa Pos).
Dilantai dua masih sempat Kami foto bersama dengan latar belakang plat “Jawa Pos Radar Madura, Korannya orang Madura” yang ada di ruangan tersebut, tak ketinggalan juga dengan latarbelakang Hypermat MATAHARI diseberang jalan raya sana. Sebagai ganti Kami kesana lah...Widih......!!! sara ellu’ narsissah..!
Sudah beres dilantai dua, tinggal misi selanjutnya; mengincar General Manager JPRM, M. Tojjib. Yang Kami incar ternyata berada di depan kantor diluar langsung Kami “culik” tapi tetap sopan untuk foto bersama. Ning-ning munyina jham, pak yakin a batik koning bunten lo’ ollena nginjham.
 Misi terakhir dari kunjungan tersebut adalah foto session bersama seluruh peserta di depan kantor JPRM. Ada yang dari lantai dua dan ada yang berpose dilantai dasar depan papan panjang JPRM. Wuih... gaul khan...!!!, yang baca dan yang gak ikut jangan ngiri... dikemudian hari para jurnalis Jawa Pos akan datang ke SMP Negeri 2 Sepulu; jika diundang! hehe. Dan kita semua bisa foto bareng dengan Ceo Jawa Pos; Bapak Dahlan Iskan (Allahumma thawwil ‘umurohu). Mantan Direktur PLN, dan sekarang menjabat sebagai Menteri BUMN.
Sambil menunggu angkot yang akan membawa Kami kembali ke tempat dimana Kami berangkat (Sepulu), Nur Islamiyati mengapresiasikan kebahagiaanya via akun Facebooknya; Nuriz Ciuz, dengan meng-oploud foto dirinya dan teman-teman sedelegasi saat narsis bareng di  panggung, di depan backround kegiatan. “Ternyata menjadi jurnalis sehari itu seru, asyik, dan menyenangkan.. semoga hari ini terulang lagi” celotehnya distatus. Kesan ini tidak hanya dirasakan oleh dia semata. Peserta yang lain pun bisa dipastikan juga merasakan hal yang sama.
Fase demi fase sudah terlewati, sesi per sesi usai sudah, satu satu delegasi pulang kandang masing-masing dengan seabrek kesan tentunya. Tak terkecuali delegasi SMP Negeri 2 Sepulu, meskipun kelu berbalut lesu menyelimuti namun tetap terbayar oleh secuil kepuasan dan ketidakpuasan sekaligus. Puas karena berhasil mengikuti kegiatan hingga akhir. Ketidakpuasan karena dari materi jurnalistik dasar yang baru saja dikenyam, masih banyak ilmu jurnalistik lanjutan lain yang belum dilalui dan dipelajari. Harapan besar! Semoga JPRM menfasilitasi kembali serta menindaklanjuti materi jurnalistik lanjutan di lain kesempatan.
Tak berselang lama, datanglah  mobil L300 asal Ketapang-Sampang yang tentunya lewat Kecamatan Sepulu yang siap membawa Kami boyong kampung. Mu’ammar si bocah lemas ini terpaksa “ditebengkan” pada Bapak Ainul Yaqin, S.Pd demi keamanan dalam perjalanan. Dalam perjalanan pulang, anggota rombongan menghubungi penjemput masing-masing agar langsung dijemput di Ahatan Sepulu.
Satu jam lima belas menit berlalu, tak terasa jam sudah 17.18 WIB dan Kami telah tiba di Ahatan Sepulu. Tak berselang lama para penjemput pun berdatangan, meski bukan dijemput oleh orang yang direncanakan  sebelumnya, siapapun penjemputnya masing-masing Kami tetap wajib pulang sebelum kemalaman.



Sepulu, 20 – 21 Februari 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar