Kamis, 02 Maret 2017

Tak Melulu Tentang Asmara


TAWAKKAL BERBUAH BERKAH

Oleh:
Nur Aida *

“Ayah.. Ke pasar Yuk..! nemanin Uzi Belanja Ikan untuk lauk kita pada makan malam nanti..??! Uzi pengen lauk ikan dengan menu lezat khas masakan Ibu..??!!” Dengan tergopoh-gopoh Uzi menarik tangan kanan Ayahnya mengajaknya belanja ke Pasar yang kebetulan ketika itu Ayahnya sedang libur kerja.
Dengan sekali anggukan kepala yang berarti setuju ayahnya langsung berdiri tanda mengiyakan ajakan tersebut. “Tapi kamu ganti pakaian dulu. Masak belanja ke pasar dengan seragam sekolah lengkap kayak gitu, nanti disangka penelitian atau tugas dari sekolah sama para pedagang di Pasar” timpal ayah pada Uzi yang kebetulan ketika itu masih lengkap dengan seragam sekolah, memang Uzi baru pulang sekolah.
“He’em.. Baiklah Ayah” sahut Uzi sambil melepaskan tas ransel yang dia gendong dan langsung menuju kamarnya.
Setelah selesai berkemas dan membawa segala keperluan belanja, berangkatlah ayah beranak ini dengan menggunakan kendaraan sepeda motor. Sesampainya di Pasar, diparkirkanlah kendaraan mereka di tempat biasa, kemudian langsung menuju lapak ikan. Tapi apa daya lapak ikan yang dimaksud ternyata keburu tutup.
“Innaa Lillaah... dah tutup Yah...!!? gimana ini, padahal Uzi pengen banget lauk ikan nanti malam..!” sahut Uzi seperti hilang semangat penuh kecewa.
“Dhina pasabber, kedi’ juko’ tahu padeh..!” jelas si Ayah setengah merayu dan mendinginkan kekecewaan Uzi.
“Besok sepulang sekolah, kita kembali lagi ke sini untuk belanja ikan buat lauk makan malam besoknya” tambahnya meredam suasana hati Uzi.
Dengan tangan hampa, pulanglah keluarga kecil ini dengan hanya membawa sebungkus tahu untuk lauk nanti malam.
***
Begitulah Uzi, kalau sudah memiliki hasrat maka akan selalu terngiang sebelum kesampaian. Singkat kisah, keesokan harinya sehabis sekolah, Uzi dan ayahnya pergi ke pasar untuk kedua kalinya dengan maksud dan tujuan yang sama; belanja ikan untuk lauk makan malam.
Setibanya di pasar, langsung menuju lapak ikan yang kemarin tutup, dan sekarang masih terbuka. “Ikannya ada Bang..!? bungkus sajinah yach ikan tongkol, pilihkan yang segar-segar ya, oia jangan lupa 1 kilo ikan terinya sekalian” pinta Uzi dengan semangat pada si abang penjual ikan tanpa tau apa pesanannya ada atau tidak.
“Neng... Tongkolnya dah habis sejak tadi siang, Terinya hari ini tidak ngulak, maaf ya Neng..!!” sahut si Abang menjelaskan.
“Addah.. palang ongguh..! pah bileh se tekka’ah” suara lemas dan parau tanda kecewa tersirat dari raut wajahnya dan sorot matanya yang kian melemah.
“Udahlah Zi.. mungkin belum rezeki kita hari ini, lain waktu aja. Nanti malam kita ganti lauk dulu sementara. Tellor atau gerreng juga enak kok” Jelas ayah menenangkan Uzi.
“Ayo kita pulang aja dulu, nih hari hampir sore, Asar kita harus ada di rumah Lho..!, kasihan ibumu nanti kepikiran kita disangka nyasar kemana-mana, besok-besok kita belanja lagi tu ikan kalau memang kamu benar-benar pengen..” tambah ayah dengan saran bijaksana.
***
Hari sudah hampir sore, adzan Asar berkumandang, Uzi masih tampak kecewa dilihat dari raut wajah yang kusut tak bersemangat. Maklumlah, dua kali berpanas-panas perjalanan ke pasar, dua kali pula tak mendapatkan apa yang diharapkan; ikan.
Dengan bijak si Ayah menghampiri Uzi yang masih berasyik masuk termenung di teras rumahnya. Galau kelas dewa kata anak zaman sekarang karena ikan harapan tak ada.
“Nak.. Sudah Asar tuh..! shalatlah dulu dikau itu, Ayah mau ke Talon dulu di belakang, kalau ada tamu, bilang ayah Ya..” suara Ayah memecahkan kesunyian hati Uzi.
“Iya Yah..!” jawab Uzi singkat dan tanpa membantah langsung menuju kamar mandi untu berwudlu’ dan bergegas menuju mushalla untuk Shalat Asar.
Seusai shalat, tiba-tiba seperti ada tamu yang mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Ternyata paman Uzi yang datang.
“Assalaamu ‘alaikum...” ucap Paman Uzi.
“Wa ‘alaikumus salaam wa rahmatullaah..!, eh.. sampyan Man..!? alenggi Man... ayah masih di Talon belakang, saya panggilkan dulu..!?” jawab Uzi seraya mempersilahkan pamannya untuk duduk di ruang tamu.
“Wes.. gak usah, terima kasih, ini kasihkan ke ayahmu, bilang dari paman. Sebentar lagi hari akan gelap, paman langsung pulang aja ya..” sahut Paman Uzi seraya menyodorkan bungkusan.
“O gitu, ya gak apa-apa Man kalo gitu, nanti saya sampaikan pada ayah. Terima kasih ya Man” jawab Uzi sambil menerima bungkusan plastik dari pamannya.
Setelah si Paman menghilang di balik pintu gerbang pagar, dengan penasaran Uzi sedikit membuka bungkusan plastik dari pamannya tadi. Menyemburatlah aroma yang tidak asing lagi baginya; amis, dan.....
“Alhamdulillaahi Robbil ‘Alamiin... Ayah... Yak juko’ deri Paman..??!!! “ sontak Uzi berteriak kegirangan bersyukur sambil memanggil Ayahnya yang tentu tidak akan mendengar teriakan tersebut karena ayah sedang berada di Talon belakang.
Wajah sendu berubah cerah, ikan yang di damba ternyata sudah di tangan tanpa besrsusah payah. Gratis..tis..tis lagi... Itulah nikmat Tuhan, tawakkal pasrah setelah usaha, sabar menjalani takdir, akhirnya tibalah rizki yang tak disangka-sangka.

* Peserta Didik kelas Akhir SMP Negeri 2 Sepulu (2016-2017)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar