TAWAKKAL BERBUAH BERKAH
Oleh:
Nur Aida *
“Ayah.. Ke pasar Yuk..! nemanin Uzi Belanja
Ikan untuk lauk kita pada makan malam nanti..??! Uzi pengen lauk ikan dengan
menu lezat khas masakan Ibu..??!!” Dengan tergopoh-gopoh Uzi menarik tangan
kanan Ayahnya mengajaknya belanja ke Pasar yang kebetulan ketika itu Ayahnya
sedang libur kerja.
Dengan sekali anggukan kepala yang berarti
setuju ayahnya langsung berdiri tanda mengiyakan ajakan tersebut. “Tapi kamu
ganti pakaian dulu. Masak belanja ke pasar dengan seragam sekolah lengkap kayak
gitu, nanti disangka penelitian atau tugas dari sekolah sama para pedagang di
Pasar” timpal ayah pada Uzi yang kebetulan ketika itu masih lengkap dengan
seragam sekolah, memang Uzi baru pulang sekolah.
“He’em.. Baiklah Ayah” sahut Uzi sambil
melepaskan tas ransel yang dia gendong dan langsung menuju kamarnya.
Setelah selesai berkemas dan membawa segala
keperluan belanja, berangkatlah ayah beranak ini dengan menggunakan kendaraan
sepeda motor. Sesampainya di Pasar, diparkirkanlah kendaraan mereka di tempat
biasa, kemudian langsung menuju lapak ikan. Tapi apa daya lapak ikan yang
dimaksud ternyata keburu tutup.
“Innaa Lillaah... dah tutup Yah...!!? gimana
ini, padahal Uzi pengen banget lauk ikan nanti malam..!” sahut Uzi seperti
hilang semangat penuh kecewa.
“Dhina pasabber, kedi’ juko’ tahu padeh..!”
jelas si Ayah setengah merayu dan mendinginkan kekecewaan Uzi.
“Besok sepulang sekolah, kita kembali lagi ke
sini untuk belanja ikan buat lauk makan malam besoknya” tambahnya meredam
suasana hati Uzi.
Dengan tangan hampa, pulanglah keluarga kecil
ini dengan hanya membawa sebungkus tahu untuk lauk nanti malam.
***
Begitulah Uzi, kalau sudah memiliki hasrat maka
akan selalu terngiang sebelum kesampaian. Singkat kisah, keesokan harinya
sehabis sekolah, Uzi dan ayahnya pergi ke pasar untuk kedua kalinya dengan
maksud dan tujuan yang sama; belanja ikan untuk lauk makan malam.
Setibanya di pasar, langsung menuju lapak ikan
yang kemarin tutup, dan sekarang masih terbuka. “Ikannya ada Bang..!? bungkus
sajinah yach ikan tongkol, pilihkan yang segar-segar ya, oia jangan lupa 1 kilo
ikan terinya sekalian” pinta Uzi dengan semangat pada si abang penjual ikan
tanpa tau apa pesanannya ada atau tidak.
“Neng... Tongkolnya dah habis sejak tadi siang,
Terinya hari ini tidak ngulak, maaf ya Neng..!!” sahut si Abang menjelaskan.
“Addah.. palang ongguh..! pah bileh se
tekka’ah” suara lemas dan parau tanda kecewa tersirat dari raut wajahnya dan sorot
matanya yang kian melemah.
“Udahlah Zi.. mungkin belum rezeki kita hari
ini, lain waktu aja. Nanti malam kita ganti lauk dulu sementara. Tellor atau
gerreng juga enak kok” Jelas ayah menenangkan Uzi.
“Ayo kita pulang aja dulu, nih hari hampir
sore, Asar kita harus ada di rumah Lho..!, kasihan ibumu nanti kepikiran kita
disangka nyasar kemana-mana, besok-besok kita belanja lagi tu ikan kalau memang
kamu benar-benar pengen..” tambah ayah dengan saran bijaksana.
***
Hari sudah hampir sore, adzan Asar berkumandang,
Uzi masih tampak kecewa dilihat dari raut wajah yang kusut tak bersemangat.
Maklumlah, dua kali berpanas-panas perjalanan ke pasar, dua kali pula tak
mendapatkan apa yang diharapkan; ikan.
Dengan bijak si Ayah menghampiri Uzi yang masih
berasyik masuk termenung di teras rumahnya. Galau kelas dewa kata anak zaman
sekarang karena ikan harapan tak ada.
“Nak.. Sudah Asar tuh..! shalatlah dulu dikau
itu, Ayah mau ke Talon dulu di belakang, kalau ada tamu, bilang ayah Ya..”
suara Ayah memecahkan kesunyian hati Uzi.
“Iya Yah..!” jawab Uzi singkat dan tanpa
membantah langsung menuju kamar mandi untu berwudlu’ dan bergegas menuju
mushalla untuk Shalat Asar.
Seusai shalat, tiba-tiba seperti ada tamu yang
mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Ternyata paman Uzi yang datang.
“Assalaamu ‘alaikum...” ucap Paman Uzi.
“Wa ‘alaikumus salaam wa rahmatullaah..!, eh..
sampyan Man..!? alenggi Man... ayah masih di Talon belakang, saya panggilkan
dulu..!?” jawab Uzi seraya mempersilahkan pamannya untuk duduk di ruang tamu.
“Wes.. gak usah, terima kasih, ini kasihkan ke
ayahmu, bilang dari paman. Sebentar lagi hari akan gelap, paman langsung pulang
aja ya..” sahut Paman Uzi seraya menyodorkan bungkusan.
“O gitu, ya gak apa-apa Man kalo gitu, nanti
saya sampaikan pada ayah. Terima kasih ya Man” jawab Uzi sambil menerima
bungkusan plastik dari pamannya.
Setelah si Paman menghilang di balik pintu
gerbang pagar, dengan penasaran Uzi sedikit membuka bungkusan plastik dari
pamannya tadi. Menyemburatlah aroma yang tidak asing lagi baginya; amis,
dan.....
“Alhamdulillaahi Robbil ‘Alamiin... Ayah... Yak
juko’ deri Paman..??!!! “ sontak Uzi berteriak kegirangan bersyukur sambil
memanggil Ayahnya yang tentu tidak akan mendengar teriakan tersebut karena ayah
sedang berada di Talon belakang.
Wajah sendu berubah cerah, ikan yang di damba
ternyata sudah di tangan tanpa besrsusah payah. Gratis..tis..tis lagi... Itulah
nikmat Tuhan, tawakkal pasrah setelah usaha, sabar menjalani takdir, akhirnya
tibalah rizki yang tak disangka-sangka.
* Peserta Didik kelas
Akhir SMP Negeri 2 Sepulu (2016-2017)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar