Repotase
Bangsereh
- Tidak
terencana sebelumnya, mengalir begitu saja saat menjalani pergaulan sehari-hari
hingga menemukan sesuatu yang menarik dan perlu dimunculkan ke permukaan, serta
dipublish ke dunia maya. Mungkin inilah kalimat awal untuk mendeskripsikan Group
Graveeca Pilow.
“Pertamanya sih kami iseng saja, kami lakukan
sekedar menyamakan nama di FB, tidak ada maksud lain” kata Sumiyati. Kemudian
dipelopori oleh Irma Ikrimah ketika itu, teman-teman yang lain yang berpikiran
sama dengan serentak memakai prediket Graveeca Pilow pada akun FB masing-masing.
Kenapa harus Graveecca Pilow?. “Ya, karena kata-katanya
enak di dengar, bersifat feminin” kata Mia –panggilan akrab Sumiati” yang
mendapat gelar konyol oleh teman-teman yang lain ini menambahkan.
Mengenai sejarah, anak-anak Pilow ini tidak
tahu pasti waktu kapan Pilow itu muncul. “Seingat saya, awal masuk kelas IX
semester pertama, sekitar tahun 2016” ujar Khotijah menjelaskan dan di-iyakan
oleh Wasilah.
Perihal tujuan kelompok ini terbentuk, Wasilah
berpendapat bahwa ada keinginan diantara mereka untuk tetap menjaga hubungan
persahabatan sampai kapanpun, apalagi saat mereka lulus nanti. “Bahkan saat
kami sama-sama sudah berkeluarga, bisa reonian dengan membawa keluarga
masing-masing” kelakar Rohimah.
Apakah sudah terbentuk pengurus?. “Kelompok
kami ini memang sengaja tidak kami bentuk pengurus agar tidak terjadi
kecemburuan sosial. Posisi kami adalah sama, sama-sama diikat oleh istilah
Gravecca Pilow” papar Sumiati.
Ketika ada permasalahan atau sesuatu hal yang
perlu dipecahkan, kelompok ini menjunjung tinggi asas musyawarah mufakat
sebelum mengambil keputusan. “Jika kami menemukan permasalahan, baik antar
pribadi di kelompok ini, atau pribadi di kelompok ini dengan orang luar, kami
selalu bermusyawarah” kata Khotijah.
Disinggung bagaimana pandangan tentang karakter
antar teman yang satu dengan yang lain, ternyata mereka sudah mempunyai
penilaian tersendiri, dan menerima dengan lapang dada apapun cap yg diberikan
oleh temannya. Misalnya saat ditanya bagaimana sosok Siti Nuraida di mata
Marlina. “Ida itu tipe sahabat yang tidak pilah-pilih teman, siapapun dapat
bergaul dengannya” kata Marlina. Sebaliknya, ketika Siti Nuraida diminta
menilai tentang Marlina, dia menjawab bahwa Marlina itu Lugu tapi tegas, dan
multiplus. Dari sifatnya inilah kadang dirinya tak terkendalikan alias
ceplas-ceplos. Dua anak ini senyam-senyum ketika diminta untuk saling
mendeskripsikan karakter masing-masing.
Sekarang giliran teman terkonyol, Sumiati. “Mia
itu egois dan banyak ulah, karena ke-egois-an inilah banyak muncul ke-kenyol-an
darinya yang sering membuat suasana cair” kata Rohimah diikuti oleh gemuruh
halilintar yang tiba-tiba, karena memang saat wawancara berlangsung wajah
langit sedang mendung. Sontak semuanya terkejut, jangan-jangan itu tanda dari
Tuhan bahwa Mia tidak demikian. Tuhan Yang Maha Tahu. “Ah.. kebetulan saja!, jangan
mengaitkan sesuatu dengan mistis, tidak baik” kata reporter menengahi.
Ketika ditanya tentang isu bahwa anak-anak Pilow
ini dikenal sebagai kelompok cengeng, Wasilah berusaha menjelaskan. “Benar,
kami memang cengeng, itulah perempuan. Tapi ke-cengeng-an kami bukan berarti
kami lemah, selalu berair mata tanpa makna. Justru pada air mata kami itulah,
ada obat untuk kami sendiri. Terkait dengan isu, biarlah isu itu muncul,
terserah orang lain menilai kami, yang penting kami banyak belajar dengan
teman-teman di Pilow bagaimana memaknai air mata” imbuh Wasilah panjang lebar.
Sekarang Siti Nuraida dan Irma Ikrimah. Mereka
berdua dikenal sebagai perempuan cerdas. “Bedanya, kalau Ida cerdas terbuka,
kalau Irma itu cerdas tertutup, diam tanpa banyak bicara maksudnya” jelas
Khotijah. Nah, Situ Nuraida langsung berkomentar balik tentang Khotijah,
“Khotijah itu tegas dan berani, apalagi terhadap para cowok yang mau
menganggunya” imbuhnya dengan senyum.
Giliran deskripsi tentang Indriani, semua
anak-anak Pilow sepakat bahwa dirinya dikenal cerewet, tapi cerewetnya terbatas
di lingkungan Pilow, mungkin ketika dengan yang lain tidak demikian alias lebih
banyak diam. Sedangkan Rohimah, ia dikenal pemarah yang cepat sembuh. Karakter
ini pun berlaku di lingkungan Pilow, entah ketika bersama dengan anak-anak yang
lain, apakah kemarahannya awet atau juga cepat sembuh.
Nah hal ini berbeda dengan Luluk Komariyah, ia
dikenal dari tawanya yang khas cekikikan bak tawa si kunti. Sedangkan Yuli
Yesika, merupakan tipe pendiam dan seolah-olah tidak energik, namun ada titik
semangat “bersosialisasi’ dengan teman-teman yang lain di Pilow.
Kelompok ini menjadikan kebersamaan asas dalam
pergaulan mereka sehari-hari. “Kami pernah jalan, rekreasi bareng ke bukit
Geger” komentar Wewe –panggilan akrab Wasilah- saat ditanya usaha apa yang bisa
dilakukan untuk menjalin kebersamaan tersebut.
Rohimah menambahkan bahwa mereka pernah
takziyah saat ada salah satu anggota keluarga sedang di timpa musibah, pernah
juga ikut serta nimbrung memeriahkan prosesi pertunangan salah satu
anggota Pilow yang lain yaitu Yuliana Wulandari. “Bahkan kami pernah
mengerjakan tugas PR bersama-sama di rumah Khotijah kemudian berlanjut ke rumah
Ida. Mengerjakan PR berikut silaturrahim” kata Rohimah.
Saat dikonfirmasi tentang hubungan kelompok ini
dengan organisasi sekolah, serentak anak-anak Pilow kompak menjawab bahwa
bentukan kelompok mereka tidak ada kaitannya dengan organisasi sekolah yang
sudah ada, bahkan hal demikian mereka lakukan untuk melanjutkan tradisi
solidaritas kebersamaan yang pernah mereka aktif sebelumnya yaitu OSIS, karena
mayoritas mereka adalah eks pengurus OSIS.
Uniknya, mayoritas anak-anak Pilow adalah semua
anak-anak perempuan kelas IX B, kecuali Hamimah. Pernah awalnya ikut serta
dalam kelompok ini tapi kemudian karena beberapa hal, salah satunya karena
tidak aktif di FB, si Hamimah ini “menghilang” dari kelompok mereka.
Saat berita ini di tulis, mereka berencana akan hacking merenungi
keindaha alam ciptaan Tuhan tepatnya di daerah Bukit Kasmaran. Entah
dilaksanakan atau tidak, mereka yang lebih tahu. (Awr).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar